Saturday, November 24, 2012

Parno

Selama sebulan terakhir ini, saya bertugas di divisi neonatus. Tugasnya merawat bayi-bayi yang baru lahir sampai berusia sebulan, apapun masalahnya. Capek lho, karena dengan sekian banyak bayi, dokternya hanya satu, saya sendiri. Makanya jarang ngupdate blog deh bulan ini:D

Setiap hari, saya datang sebelum subuh dan pulang sore sekali supaya semua kerjaan bisa selesai. Sedih juga, jarang bisa ketemu Naya. Tapi di lain pihak, menyenangkan karena saya jadi bisa belajar banyaaaaaaaak sekali.

Sebenarnya bukan soal ilmunya yang mau saya bahas sekarang, melainkan pengalaman selama disana. Boleh percaya boleh engga, banyak banget pengalaman unik yang jarang saya dapatkan di tempat lain.

Misalnya, saya sering kedatangan pasien melahirkan yang masih muda belia, antara 12-15 tahun.
Tentu saja, belum menikah dan biasanya orangtua yang mengantar tidak tahu kalau anaknya sedang hamil. Kebanyakan, semua sudah melakukan usaha-usaha pengguguran sebelumnya seperti minum pil lancar menstruasi, jamu-jamuan sampai pijat dukun dan lain sebagainya.

Saat bayinya dilahirkan, biasanya lahir prematur dengan berat badan antara 700-1300 gram saja dan sering mengalami kelainan kongenital. Ada yang lahir tanpa kulit kepala, dengan Cleft Lip Palate alias sumbing, kelainan jantung, kelainan paru-paru, terlahir tanpa bagian usus, sampai yang lahir dengan usus terburai keluar dari perutnya alias gastroschizis. Macam-macam deh. 

Buat saya sebagai dokter, merupakan suatu tantangan untuk merawat bayi-bayi seperti itu sampai bisa bertahan hidup. Tapi, yang sering saya sesalkan, rupanya hal ini yang tidak dirasakan oleh keluarga bayi tsb. Mungkin karena unwanted, banyak yang saat dijelaskan tindakan-tindakan yang akan saya lakukan, hanya menjawab "Sudahlah dok, kami sudah ikhlas kehilangan kok". Padahal bayinya ini masih hidup lhoo. Kok malah seperti mengharapkan bayinya meninggal saja ya?

Ada lagi yang menjawab "Engga apa-apa dok, daripada dibiarkan hidup terus, justru kasihan dan menambah beban biaya keluarga kalau sudah besar nanti."Banyak yang meminta pulang paksa, menolak perawatan dan akhirnya membiarkan bayinya meninggal di rumah. Oh ya, ngomongin soal biaya, kebanyakan pasien-pasien ini punya Jamkesmas, sehingga seluruh biayanya selama di rumah sakit ditanggung. Jadi kalau alasannya soal biaya sih mustinya engga segitunya.

Bahkan, yang lebih parah lagi, ada yang tega meninggalkan sang bayi begitu saja di rumah sakit. Setelah melahirkan, langsung pulang dengan meninggalkan alamat dan no telpon palsu. Tega banget ya:'(

Ingatan saya langsung kembali ke beberapa tahun yang lalu saat saya masih berumur 12-15 tahun. Duh, rasanya yang ada di otak saya waktu itu hanya belajar di sekolah, bagaimana caranya mendapat nilai bagus atau bermain-main dengan teman-teman. Boro-boro hamil, pacaran saja engga pernah! *curhat terselubung* :p

Saat saya ngobrol dengan perawat-perawat ruangan, kebanyakan mereka bilang "Yah, anak jaman sekarang dok. Maklum sajalah."

Yes, saya tahu kok kalau jaman sekarang beda sama jaman saya dulu banget. Dengan era tekhnologi dan globalisasi, jelas keterbukaan aliran informasi bertambah besar. Tapi kalau menurut saya, memangnya canggihnya tekhnologi boleh dan bisa dijadikan alasan pembenaran untuk berlaku tanpa nurani dan tak bermoral? Apa perkembangan tekhnologi harus selalu berbanding terbalik dengan tingkat moral?

Saya pernah iseng bertanya ke salah satu ibu dari pasien saya yang ternyata masih berusia 12 tahun.

M : "Bu, ibu masih sekolah?"
X : " Iya dok, kelas 1 SMP"
M: " Di sekolah engga ada yang tahu kalau ibu hamil?"
X: "Engga dok, aku pakai baju yang besar dan jilbab lebar untuk menutupi"
M: "Bapaknya siapa bu?"
X: " Cowokku dok"
M: "Teman satu sekolah?"
X: " Iya, tapi dia udah kelas 3"
M: "Terus abis gini gimana? Bapaknya mau tanggung jawab?"
X: "Aku keluar dari sekolah dok. Malu. Bapaknya juga. Pindah ke kota lain."
M: "Mau tanggung jawab engga?"
X: " Katanya sih mau nikahin aku, tapi engga tau lagi dok. Wong sampai sekarang engga bisa kutelpon."
M: *miris*

Bahkan saat saya jelaskan kondisi bayinya lemah dan bisa meninggal sewaktu-waktu, si ibu ini malah sibuk pegang handphone dan ketawa-ketawa saja. -_-"
Yah, engga bisa disalahinlah ya, wong hitungannya masih piyik alias anak kecil.

Gara-gara kejadian-kejadian seperti ini, saya langsung kepikiran lho! Waduh, gimana ya Naya kelak? Jadi orangtua jaman sekarang benar-benar bikin parno. Punya anak cewek takut dihamilin, punya anak cowok takut ngehamilin anak orang.

Saya berniat untuk memberikan Naya dasar keagamaan yang kuat. Bukan hanya sekedar "Eh anakku pinter lho, baru kelas 1 SD udah hapal 7 surat." atau "Baru umur 4 taun udah bisa baca Al-Quran".
Yang lebih penting bagi saya adalah bagaimana nilai-nilai keagamaan itu bisa diterapkan Naya kelak. Saya yakin, lingkungan memberikan pengaruh yang besar. Bagaimana teman-teman Naya nantinya sedikit banyak pasti akan mempengaruhi Naya. Makanya saya lagi rajin-rajinnya survei sekolah nih. Bukan hanya untuk waktu dekat, tapi bahkan sampai SMA. -Iyeee iyeee tau dah gue lebay:p-

Kalau menuruti keinginan sih, saya inginnya berada di dekat Naya terus sampai nanti. Kalau perlu, biarpun sudah SMA juga saya duduk di sebelahnya, ikut belajar sambil memasang tatapan menyelidik setiap ada cowok yang deket-deket Naya -emak gelo:p-:))
Tapi, kan ya engga mungkin. Saya engga mungkin bisa 24 jam sehari terus-terusan berada di sebelah Naya untuk melindunginya.

Yang bisa saya lakukan, hanya berdoa. Eh bukan 'hanya' sih, menurut saya doa ibu adalah doa yang paling mustajab. Doa yang pasti akan didengar dan dikabulkan. InsyaAllah, Allah bersama kami. InsyaAllah, Naya akan selalu dilindungi Allah SWT selamanya. Amiiiinnn!

Tenang nak, pokoknya kalau sampai ada yang berani-beraninya sama Naya, mama goreng sampai mateng!:))



2 comments:

Niar Ningrum said...

astagfirullah sampek segitunya yaa mbak anak2 sekrang, dulu jaman niar smp juga ada yang hamil gitu kebanyakan cowokna orang2 gag pnya tanggung jawab dan gag pnya moral, masak kecil2 kayak gitu yaa mbak :D

Mbak recommended buat skolahan di sekolahan yang basic nya kuat agamanya ,kayak al hikmah, al falah, khodijah gitu mbak :D #saran saja :D

Arum parama said...

Dttg review skolahnya yg sampe SMA ya mbak,hehe..

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...